Study Tour to Jogja

Hai teman ! untuk postingan kali ini kita akan bercerita tentang study tour kita ke Jogja.

Di Jogja banyak sekali tempat wisata yang wajib dikunjungi.
1. Candi Borobudur dan candi- candi lainnya
2. Malioboro
3. Keraton Jogja
4. Alun- alun
5. Parangtritis
6. Kaliurang
7. Gunung Merapi
8. Dll ( hehe )

Candi Borobudur merupakan candi terbesar di Indonesia. Candi Borobudur yang terletak di , Magelang Jawa Tengah, selain menjadi obyek wisata yang ramai dikunjungi, juga menjadi pusat ibadat bagi penganut Buddha di Indonesia khususnya pada setiap perayaan Waisak. Hal ini sesuai dengan arti namanya yaitu "biara di perbukitan". Saat ini Borobudur ditetapkan sebagai salah satu Warisan dunia UNESCO.

Malioboro merupakan pusat perbelanjaan yang ada di Jogja yang wajib dikunjungi ketika berada di Jogja.

Keraton Yogyakarta berfungsi sebagai tempat tinggal sultan dan rumah tangga istananya yang masih menjalankan tradisi kesultanan hingga saat ini.

Dari kaliurang kita bisa melihat Gunung merapi dan bekas kerusakan yang di akibatkan oleh letusan gunung merapi waktu itu.



Nah sekian dulu yaa postingan kita kali ini ... milkysmile

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Habis Gelap Terbitlah Terang


Hi Teman !!!
Kalian pasti tau kan sekarang bulan apa ??
Yap betul bulan April… Di bulan ini adalah bulan kelahirannya Ibu R.A Kartini tepatnya pada tanggal 21 April 1879.




     Raden Adjeng Kartini adalah seseorang dari kalangan priyayi atau kelas bangsawan Jawa, putri Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, bupati Jepara. Ia adalah putri dari istri pertama, tetapi bukan istri utama. Ibunya bernama M.A. Ngasirah, putri dari Nyai Haji Siti Aminah dan Kyai Haji Madirono.
    
     Kartini adalah anak ke-5 dari 11 bersaudara kandung dan tiri. Dari kesemua saudara sekandung, Kartini adalah anak perempuan tertua. Kakeknya, Pangeran Ario Tjondronegoro IV, diangkat bupati dalam usia 25 tahun. Kakak Kartini, Sosrokartono, adalah seorang yang pintar dalam bidang bahasa. Sampai usia 12 tahun, Kartini diperbolehkan bersekolah di ELS (Europese Lagere School). Di sini antara lain Kartini belajar bahasa Belanda. Tetapi setelah usia 12 tahun, ia harus tinggal di rumah karena sudah bisa dipingit.

     Oleh orangtuanya, Kartini disuruh menikah dengan bupati Rembang, K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, yang sudah pernah memiliki tiga istri. Kartini menikah pada tanggal 12 November 1903. Suaminya mengerti keinginan Kartini dan Kartini diberi kebebasan dan didukung mendirikan sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang, atau di sebuah bangunan yang kini digunakan sebagai Gedung Pramuka.

      Anak pertama dan sekaligus terakhirnya, R.M. Soesalit, lahir pada tanggal 13 September 1904. Beberapa hari kemudian, 17 September 1904, Kartini meninggal pada usia 25 tahun. Kartini dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang.

      Berkat kegigihannya Kartini, kemudian didirikan Sekolah Wanita oleh Yayasan Kartini di Semarang pada 1912, dan kemudian di Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan daerah lainnya. Nama sekolah tersebut adalah "Sekolah Kartini". Yayasan Kartini ini didirikan oleh keluarga Van Deventer, seorang tokoh Politik Etis.

      Berarti Kartini ada hubungannya dong dengan Masalah Politik Tepatnya Politik Etis.. Nah ini dia artikel hubungannya dengan politik etis

      Pada akhir abad ke-19 telah terjadi perubahan politik di Negeri Belanda. Hal mana sangat mempengaruhi percaturan politik pemerintahan Belanda di negeri kita. "Politik Kolonial Liberal" telah ditanamkan dan diatur oleh Belanda sejak tahun 1870 --yang menekankan kesejahteraan orang pribumi sebagai suatu tanggung jawab moral dari pemerintah terhadap orang-orang Indonesia--berubah ke arah "Politik Kolonial Etis" yang menyatakan bahwa pemerintah memegang tanggung jawab moral bagi kesejahteraan pribumi. P. Broschooft, seorang redaktur harian de Locomotif di Semarang memberi nama kepada politik baru tersebut dan menekankan sikap keadilan yang harus dimiliki orang Eropa terhadap orang-orang Jawa yang lebih lemah.

      Program itu dikenal juga dengan "politik bebas budi" yang terangkum dalam Trias Politika Deventer. Program ini meliputi, pertama, irigasi (pengairan), membangun dan memperbaiki pengairan-pengairan dan bendungan untuk keperluan pertanian; kedua, emigrasi yakni mengajak penduduk untuk transmigrasi; ketiga, memperluas dalam bidang pengajaran dan pendidikan (edukasi). Karena pemikiran inilah Deventer dikenal sebagai Bapak Politik Etis.

    Akan tetapi, pelaksanaan dari "politik etis" ini tidak berhasil memperbaiki nasib bangsa Indonesia. Karena banyak dimanfaatkan oleh para penanam modal asing--seperti apa yang dikatakan Kuyper--sehingga rakyat masih tetap terpuruk dan hidup dalam kesengsaraan.

     Walau demikian, pengaruh politik etis dalam bidang pengajaran dan pendidikan sangat berperan sekali dalam pengembangan dan perluasan dunia pendidikan dan pengajaran di negeri kita. Salah seorang dari kelompok etis yang sangat berjasa dalam bidang ini adalah Mr. J. H. Abendanon (1852-1925). Abendanon sempat menjadi direktur departemen pengajaran dan ibadah di Hindia Belanda (Indonesia) selama lima tahun (1900-1905).

    J. H. Abendanon bersama istrinya Ny. Abendanon, telah banyak berjasa dalam menimbulkan kesadaran diri di kalangan bangsa Indonesia. Ia pun berusaha dalam memajukan perguruan terutama perguruan bagi wanita. Di antara orang terpelajar bangsa Indonesia yang mendapat bantuan dan perlindungan J. H. Abendanon dan istrinya adalah R. A. Kartini (1879-1904). Kartini yang menganjurkan perluasan pendidikan dan pengajaran bagi kaum wanita. Selain Kartini, juga Abdul Muis yang menjadi tokoh terkenal.

     Sejak tahun 1900 inilah berdiri sekolah-sekolah, baik untuk "kaum priyayi" maupun "rakyat biasa" yang hampir merata. Sebelumnya memang sudah ada sekolah-sekolah, Herman Willem Daendels (1762-1818) yang menjabat sebagai Gubernur Jenderal (1808-1811) menugaskan kepada para bupati di Jawa untuk mendirikan sekolah-sekolah dengan memberikan pendidikan berdasarkan undang-undang, adat istiadat, dan agama Islam yang meninggalkan cara pendidikan berdasarkan agama Kristen.

     Namun, keadaan sekolah-sekolah tersebut sangat menyedihkan. Saat Inggris menduduki Indonesia (1811-1816) di bawah pimpinan Sir Thomas Stamford Raffles (1781-1826), pendidikan kurang begitu diperhatikan dibanding kebudayaan. Hal ini dapat terlihat dalam karya terkenal Raffles, The History of Java (1817). Akibatnya, sekolah-sekolah yang pernah didirikan di bawah pimpinan Daendels saat itu hampir tidak ada lagi.

     Memang, berdirinya sekolah-sekolah di negeri kita sudah berabad-abad lamanya, dan bukan di tanah Jawa saja. Dalam bukunya Educational Progress in South East Asia, sejarawan asal Inggris yang bernama Furnivall melukiskan keadaan pendidikan di Asia dan khususnya di Indonesia sebelum bangsa Eropa masuk ke Indonesia.

      Dituliskannya, "sewaktu orang Eropa yang pertama-tama sampai di Timur jauh, di daerah khatulistiwa, mereka (orang-orang Eropa, pen.) dapati jumlah sekolah dan orang yang pandai baca tulis lebih banyak daripada yang ada di Eropa sendiri saat itu." Kebanyakan di antara mereka adalah kaum Muslim yang lebih banyak mengenal huruf Arab dan bentuk abjad-abjad lainnya, yang melahirkan karya-karya monumental.
  
     Namun sejak kedatangan kolonialime, segalanya berubah. Sekolah saat itu diprioritaskan hanya untuk anak-anak pegawai pemerintah Belanda (kelas satu) dengan tujuan memperkuat kedudukan dan kekuasaan di tanah jajahannya. Sehingga Brugsman, dalam karyanya Geschiedenis van het Onderwijs in Nederlands Indie (Sejarah pengajaran di Hindia Belanda) menyatakan, "peraturan sekolah pada tahun 1684 menetapkan sebagai pendidikan supaya murid-murid kelas satu sanggup dipekerjakan pada kebijakan (pemerintah, pen.) dan gereja.

     Sejak tahun 1848, didirikanlah sekolah-sekolah di bawah pengawasan kolonial. Yang pertama didirikan di Jawa, selanjutnya di Sumatra, Sulawesi, Banda, Pulau Timor, dan lain-lain. Namun sekolah ini mengutamakan anak-anak Belanda dan anak pribumi yang kebanyakan dari golongan priyayi yang sangat jauh berbeda materi pelajarannya dan murid-muridnya pun masih sedikit sekali.

     Tak heran seorang dari kelompok etis ini, Hoevell, dalam Tijdschrift van Nederlands Indie 1849 melancarkan kritikan yang pedas pada tahun 1846 atas perkembangan pendidikan dan sekolah rakyat (Inlandsche Scholen). Ia mengatakan, "Pemerintah hanya menyiapkan beberapa gelintir orang saja untuk menjalankan roda pemerintahan, tidak untuk memuaskan keinginan orang Jawa (Indonesia umumnya, pen.) dalam hal pendidikan." Maka tidaklah heran pula apabila jumlah murid-murid di daerah-daerah Indonesia yang dikuasai Belanda antara tahun 1846-1849 hanya berjumlah 155.355 dengan jumlah guru 102 orang.

Nasib gadis pribumi

     Dari tahun ke tahun pendidikan di negeri ini berjalan apa adanya dalam kelas-kelas tertentu. Kebanyakan para murid dari golongan pria saja, sedangkan para gadis pribumi tidak seperti para gadis asing lainnya yang ikut mengenyam pendidikan hingga ke jenjang yang lebih tinggi. Saat itu karena situasi politik yang tak menentu dan ditambah pengaruh adat yang kuat, menjadikan wanita pribumi terbelakang dalam bidang pendidikan. Wanita saat itu semata-mata hanya bertugas mengurus rumah tangga dan mengasuh anak-anaknya. Setelah melanjutkan sekolah rendah, mereka menjadi gadis-gadis pingitan dan dipersiapkan masuk jenjang berikutnya, yakni berumah tangga.
    
    Di sinilah bangkit sosok R.A. Kartini yang ingin membebaskan kaum wanita atas keterbelakangan dengan kaum pria serta ingin memajukan pendidikan kaum wanita yang tadinya sangat memprihatinkan. Ia terpengaruh oleh para gadis asing yang berpikiran maju selain banyaknya membaca buku dan berkomunikasi dengan orang-orang besar dan berpendidikan. Seperti, Mr. J. H. Abendanon dan istrinya dari golongan etis; Van Kol, pemimpin partai Sosial Demokrat; N. Andrini; Lessy, dan lain-lain.

     Kartini hendak mengubah adat lama yang menghalangi kemajuan bagi kaum wanita. Ia awali dengan memperjuangkan kemajuan dan kedudukan wanita bangsawan, sebab para wanita golongan biasa dengan sendirinya akan meniru kemajuan wanita bangsawan. Dalam mengejar cita-citanya Kartini mendirikan sekolah untuk para gadis bangsawan, dengan maksud para gadis pribumi di kemudian hari dapat memperbaiki kedudukan kaum wanita.

    Cita-cita dan semangatnya tertuang dalam surat-surat yang ditulis dan dikirimkannya kepada sahabat-sahabatnya sejak umur 20 tahun (1899). Di antaranya adalah Mr. J. H. Abendanon dan istrinya. Dalam surat-suratnya dijelaskan tentang pergaulan lingkungan, keadaan rakyat yang terbelakang, minimnya pendidikan dan pengajaran bagi para gadis. Kartini pun mengecam para pejabat Balanda yang tidak menaruh perhatian kepada rakyat banyak, melainkan hanya menaruh kepada para bupati serta menunda-nunda perluasan pendidikan bagi orang bumiputra yang mereka anggap sangat membahayakan kedudukan pemerintah Belanda.

     Surat-surat yang bernilai sejarah ini, kemudian dikumpulkan dan dibukukan oleh J. H. Abendanon bersama istrinya dan diterbitkan pada tahun 1911 dengan judul Door Duisternis tot Licht. Kemudian pada tahun 1923 buku ini di cetak untuk keempat kalinya dan diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, Inggris, dan Perancis, dan Indonesia yang di terjemahkan oleh Armijn Pane dengan judul "Habis Gelap Terbitlah Terang." Semangat dan pemikiran di dalamnya sangat berpengaruh dan banyak memberikan motivasi bagi kaum wanita.

     Untuk memperingati jasa-jasanya sebagai peletak dasar bangkitnya kesadaran kaum wanita di negeri ini, pada tahun 1912 berdirilah Sekolah Kartini di Semarang atas dorongan Bapak Politik Etis, Mr. C.Th. van Deventer. Di samping itu berdiri pula Van Deventer Fonds di Semarang yang memiliki tujuan sama dengan Kartini Fonds yang berdiri di Den Haag pada tahun 1913 untuk membiayai Sekolah Kartini di Semarang, Jakarta, Bogor, Cirebon, Indramayu, Pekalongan, Rembang, Malang, Surakarta, dan Surabaya.

     Pengaruh dari politik etis dalam dunia pengajaran dan pendidikan memang sangat terlihat sekali. Banyak para tokoh dan orang Belanda berbalik simpati kepada negeri jajahannya, di antaranya Eduard Douwes Dekker dan Fransen van de Putte. Dari sini pula rakyat dari berbagai kalangan sedikit demi sedikit ikut merasakan pendidikan dan pengajaran. Tapi bagaimana dengan saat ini, sudah meratakah pendidikan di negeri yang kaya dan merdeka ini.


Sumber :
·         http://id.wikipedia.org

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Pembangunan Gedung Baru Kubur Nurani Anggota DPR


DEPOK - Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat dinilai banyak kalangan sudah tak lagi memiliki hati dan intuisi dengan nasib wong cilik. Hal itu dibuktikan DPR dengan kepastian rencana pembangunan gedung DPR yang saat ini tengah dibahas dalam rapat paripurna.

Anggaran pembangunan gedung baru DPR yang dinilai fantastis yakni Rp1,1 triliun dinilai mengenyampingkan hati nurani rakyat. Peneliti Kajian Budaya Universitas Indonesia (UI) Devie Rahmawati mengatakan jika pembangunan gedung jadi dilaksanakan maka akan menjadi malapetaka politik.

"Ini akan jadi sebuah malapetaka politik, rakyat perlu berduka, hati nurani dikuburkan, intelektualitas intuisi, dan tak ada kasih bagi masyarakat, angka kemiskinan juga masih tinggi, banyak juga pelayanan publik yang justru harus diperbaiki seperti transportasi, airport, pelabuhan, lebih jelas outputnya, daripada bangun gedung," katanya kepada okezone, Jumat (08/04/11).

Terkait sarana olahraga seperti fasilitas kolam renang, ataupun spa dan gymnasium, Devie menilai hal itu tidak masuk akal. Fasilitas tersebut bisa dibangun di tempat lain, tidak perlu di gedung DPR.

"Kalau mau olahraga anggota dewan kan bisa pakai Gelora Bung Karno, visi misinya apa membangun gedung itu, apa ada tujuan pentingkan publik, mereka hanya pentingkan parlemen, gedung baru adalah kebutuhan tersier bagi mereka, tetapi pedulikan rakyat justru yang paling primer," tegasnya.

Devie memastikan, jika rakyat akan dimobilisasi oleh sebuah kepentingan, maka pada saat pembangunan nanti pasti akan menimbulkan gerakan massa yang besar.
(ugo)

Sumber : okezone.com

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Kenakalan Remaja


Dalam Postingan kali ini kita mau menampilkan hasil wawancara dengan Guru B. Indonesia dengan tema kenakalan remaja.

Guru B. Indonesia SMA N 12 Jakarta yang bernama Ny. Suliyati. S,Pd lahir di Prambanan pada tanggal 14 Juli 1953. Dia adalah anak ke 9 dari 10 bersaudara. Ibu dari 3 anak ini melanjutkan pendidikan terakhirnya di UPI Bandung tahun 1999-2000.

     

Inilah isi wawancara kita (Irma & Atika) dengan guru B. Indonesia yang bernama Ny. Suliyati. S,Pd tentang Kenakalan Remaja

1.     Apa pendapat ibu tentang pergaulan anak remaja saat ini di lingkungan SMA 12?
Lumayan bagus, karena anak-anaknya tidak pernah memilih-milih teman. Justru teman yang nakal diberikan motivasi agar jadi baik.

2.      Apakah ada perbedaan antara pergaulan remaja zaman dahulu dengan saat ini? Jika ada apa bedanya?
Sangat berbeda. Kalau dulu, sopan santun selalu dijaga, apalagi sama orang tua tidak pernah berbicara kasar. Tidak berani melawan.

3.      Apa saja kenakalan yang dilakukan oleh anak remaja?
Tidak memiliki tanggung jawab, semaunya sendiri,  menyusahkan  orang tua, dll

4.      Faktor apa saja yang menyebabkan si remaja itu melakukan kenakalan?
Keluarga yaitu orang tuanya kurang memperhatikan tentang keimanan. Faktor lingkungan, juga faktor dari teman-teman.

5.      Apa dampak dari perbuatan menyimpang tersebut bagi masyarakat?
Merugikan orang lain, mengganggu keamanan lingkungan. Bahkan orang bisa menjadi benci dengan orang tersebut.

6.      Siapa saja yang dirugikan?
Orang tua, saudara, masyarakat, orang disekitarnya.

7.      Siapa saja yang berperan dalam mengatasi masalah tersebut?
Semua orang yang berhubungan dengan anak tersebut. Misalnya, guru, orang tua, wali kelas,  dan lingkungan.

8.      Dalam masalah ini, yang paling berperan adalah orang tua. Bagaimana cara menyikapi dalam hal tersebut?
Memberikan pengarahan dan pengetahuan yang baik tentang pergaulan.

9.      Sedangkan disekolah, bagaimana peranan guru dalam mengatasi anak yang nakal?
Dengan memberikan hukuman atau sanksi yang sesuai.

10.   Apa tanggapan Ibu terhadap perilaku anak zaman sekarang?
Tidak semua orang nakal. Ada yang ingin maju, ingin menggapai cita-citanya. Tapi ada juga yang nakal. Jadi semua itu tergantung dari kepribadiaannya.

11.   Bagaimana saran Ibu yang dapat disampaikan untuk remaja yang melakukan kenakalan?
Anak itu seharusnya jangan dikasarin, harus diberikan pengarahan secara halus. Tidak boleh di gertak.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

TIDAK ADA PEROMBAKAN KABINET


Liputan6.com, Sleman: Kader Partai Keadilan Sejahtera yang juga Menteri Sosial Salim Segaf Al Jufri yakin koalisi akan tetap solid hingga 2014 dan tidak akan ada reshuffle atau perombakan kabinet Indonesia Bersatu Jilid II. "Jika saat ini ada perbedaan khusunya antara PKS dan koalisi itu merupakan hal yang biasa, hal itu justru menjadi pelajaran berharga bagi koalisi itu sendiri," ujarnya kepada wartawan di Sleman, Sabtu (26/2).
Menurut Salim, koalisi itu merupakan sebuah kombinasi dan selama ini telah berjalan dengan baik. "Koalisi di Kabinet Indonesia Bersatu II sejak awal dibangun bersama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dan program yang disusun bersama, berjalan sesuai target," katanya.
Terkait wacana reshuffle terhadap dirinya, menurut Mensos semuanya dikembalikan kepada presiden. "Reshuffle itu kan hak prerogratif presiden biar presiden yang memutuskan apakah mau ada reshufle atau tidak. Jika ada siapa yang mau di reshuffle juga hak Presiden," katanya. Ia mengatakan, apa yang terjadi saat ini baik terkait dengan dukungan PKS terhadap angket Century maupun mafia pajak diharapkan tidak sampai mengurangi soliditas koalisi karena PKS memiliki alsan sendiri untuk mendukung dua angket tersebut. "Kami harap koalisi ini masih tetap solid dan utuh sampai 2014 mendatang, perjalanan masih jauh," katanya. (Ant/ARI)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS